Selasa, 30 Agustus 2016

Tes Provokasi Obat 1, Obat Bius, Lidocain

Sebelumnya saya minta maaf sekaligus berterimakasih atas perhatian dan do'a teman-teman di facebook. Karena ke'alay'an saya update status pagi ini jelang melakukan tes, banyak diantara teman-teman yang bertanya-tanya, saya sakit apa? Bukan bermaksud untuk membuat khawatir atau cari perhatian, pagi tadi, jujur saja, saya merasa takut yang teramat sangat menghadapi tes ini. Karena saya akan menghadapi hal yang paling tidak nyaman, paling tidak enak buat saya. Saya butuh support semangat. Biar nggak makin bingung ini saya cerita apaan, takut apa, kok kesannya serem gitu yah . Saya ceritain di sini dari awal.

Sebenernya sederhana aja, saya sakit gigi. Apa siiiih sakit gigi aja kok ribet banget? Kesannya sakit parah sampe berdo'a segala, minta kekuatan segala, kan tinggal ke dokter gigi atau kalo mau lebih bisa ke dokter bedah mulut, beres kan? Tapiii... kasus saya tidak sesederhana itu.

Gigi geraham bawah saya bolong dan udah ditambal beberapa tahun lalu. Saya tidak ingat lagi pastinya kapan, kira-kira 5-8 tahun yang lalu deh. Lama banget kaan. Selama itu gak pernah ada masalah kecuali sedikit nyeri kalo dipake untuk mengunyah makanan yang agak keras. Jadi selama itu saya hindari ngunyah yang keras-keras di geraham yang ada tambalan. Saya cenderung lebih sering make rahang sebelah kanan untuk makan.

Trus, sekitar akhir Januari 2016, tiba-tiba geraham itu sakit. Mulai dari sakit sedikit sampe sakit yang sangat mengganggu. Akhirnya saya bawa ke dokter gigi untuk di cek. Dokter nyaranin untuk dibuka dulu tambalannya trus diliat ada apa. Ternyata yang bermasalah adalah bagian akar, dokter pun melakukan tindakan perawatan akar gigi. Setelah beberapa kali perawatan dan saya sudah tidak merasa sakit, giginya kembali di tambal. Tapi 1-2 bulan kemudian, gigi saya sakit lagi, setelah di cek dan konsultasi, dokter nyaranin agar giginya di cabut aja. Karena kalo dipertahankan, sakitnya akan bolak balik datang dan efeknya juga bisa kemana-mana. Salah satunya vertigo yang kemudian tiba-tiba muncul setelah saya sakit gigi. Dari Februari hingga sekarang, saya mengalami vertigo sebanyak 3x dan jelas aja kondisi ini sangat tidak nyaman ya.  Saya tidak tau pasti apakah benar gigi ini yang menyebabkan saya vertigo, dokter juga tidak bisa memastikan karena penyebab vertigo itu beragam. Tapi kalo diliat dari riwayat saya yang sebelumnya gak pernah kena vertigo, jadi ada kemungkinan pencetus vertigo adalah geraham yang sakit tadi. Semua jadi susah dan ribet, saya jadi ketergantungan tingkat tinggi pada orang lain, karena vertigo bisa muncul kapan aja di mana aja. Syukurnya ada mama yang mendampingi saya. Kalo saya sakit, biasanya bisa berlangsung selama seminggu - 2 minggu bahkan pernah sampe 1 bulan gak bisa nyetir karena keliyengan, mama yang ambil alih tugas anter jemput anak-anak ke sekolah dan ngebantu kerjaan lain di rumah. Hidup saya mulai terasa melelahkan. Sebentar-sebentar pusing, sakit kepala, vertigo. Tidak hanya itu, solusi cabut gigi yang harusnya jadi penawar, malah berbalik membuat urusannya jadi panjang.

Beberapa tahun belakangan ini, tubuh saya sensitif terhadap obat-obatan,  saya gak bisa minum obat begitu aja. Tubuh saya bereaksi negatif terhadap obat. Kalo minum obat, saya merasa pusing, jantung berdebar, keringetan, melayang dan tubuh kebas (gak ada rasanya), kayak mau pingsan. Jadi selama ini, kalo sakit dan harus minum obat, saya tes dulu obatnya. Saya minum obat sedikit-sedikit dulu, mulai dari seperempat tablet ( 1 tablet dipotong jadi 4 bagian), lalu saya cicil minum seperempat tablet. Kalo rasanya aman, gak ada reaksi apa-apa dalam 15-20 menit, saya minum lagi seperempat tablet, begitu terus hingga potongan ke empat habis. Jadi untuk  1 tablet habisnya 1 jam  dan menurut dokter, untuk tujuan pengobatan, cara seperti ini tidak maksimal. Dan memang, kalo sakit, saya sembuhnya lama. Ya karena itu tadi, obat tidak bekerja dg maksimal, tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya, karena saya nggak bisa minum obat sesuai dosisnya. Sementara agar obat itu bisa bekerja, harus menggunakan dosis yang sesuai. Dan dari hasil coba-coba tadi, setiap sakit dan butuh obat saya praktekin cara minum obat seperti di atas, saya menemukan baaaanyaaaaak obat gak bisa diterima tubuh saya. Dosis tertinggi yang aman buat saya, dalam sekali minum itu bisanya cuma 1/2 tablet aja. Lebih dari itu, saya keliyengan dan kondisi itu benar-benar menakutkan. Saya harus menguatkan hati, menguatkan pikiran, fokus menenangkan diri agar tidak terbawa efek samping obat tadi. Jujur saja, pada akhirnya, minum obat adalah hal paling menakutkan buat saya. Saya takut mengalami efek sampingnya tadi. Sumpah, gak enak banget. Serasa mau pingsan, dan itu bisa berlangsung berhari-hari.

Then, untuk melakukan cabut gigi, butuh obat bius sebelum dicabut, dan obat anti nyeri setelah di cabut. Lah gimana mau ngebius kalo paracetamol aja saya sanggupnya cuma seperempat tablet sekali minum? Karena itulah dokter bedah mulut yang merawat saya gak berani untuk melakukan tindakan cabut gigi. Resikonya besar  dan bisa berakibat fatal. Jadi, sebelum cabut gigi, dokter menyarankan untuk melakukan tes provokasi obat dulu. Tes untuk mengetahui obat bius apa yang aman buat saya dan bisa digunakan dalam proses cabut gigi nanti. Di Pekanbaru fasilitas tes ini belum ada. Saya udah keliling rumah sakit Pekanbaru untuk nanyain tes ini, gak ada. Yang ada hanya tes alergi biasa. Tes alergi yang efeknya begkak, gatel, merah, sesak napas. Tes untuk kondisi sensitif terhadap obat (efek samping berlebihan) seperti yang saya alami ini belum ada. Akhirnya, saya di rujuk ke RSCM. Karena di departemen alergi dan imunologi RSCM, tes ini tersedia. Peralatannya lengkap. Kalo terjadi apa-apa dalam prosedur, ada dokter, peralatan, obat dan lain-lain untuk menstabilkan kondisi.

Saya udah konsul ke dokter di klinik alergi kemaren, dan dijadwalkan tes tadi pagi jam 9. Dokter menjelaskan panjang lebar tentang prosedurnya dan apa saja yang akan saya hadapi. Seperti cerita saya dipostingan sebelumnya, perut saya langsung ngilu mendengar efek tes ini nanti. Yaa karena kan udah jelas bahwa tubuh saya bereaksi negatif terhadap obat, lah ini obatnya malah mau dimasukin sedikit-sedikit ke dalam tubuh lewat suntikan, lalu diliat reaksinya gimana. Jelas saya jadi stress duluan, karena saya tau banget, andaikan obat ini nggak cocok, saya akan mengalami reaksi berdebar, melayang dan kebas. Walaupun dokter udah menyiapkan seluruh peralatan untuk mengatasi, tetap saja, saya akan mengalaminya dulu, merasakannya dulu, baru kemudian diatasi dengan peralatan dan obat-obat anti alergi yang ada. That's why, tadi pagi saya galau banget. Sebelum ke rumah sakit, saya shalat sunat dulu, meminta perlindungan dari Allah. Sampai di rumah sakit, saya masih takut. Saya coba untuk mengalihkan pikiran dari hal-hal buruk, dzikir dan sesekali buka fb hingga akhirnya update status seperti tadi 

Pukul 9.30 wib saya dipanggil masuk ruangan prosedur, kembali dokter menjelaskan tentang prosedur tes dan lagi-lagi saya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran. Dokter dan perawat menenangkan dengan mengatakan hal-hal baik dan berusaha membuat saya tertawa. Ada 2 orang dokter yang mendampingi, dokter Kurniyanto, dokter Agus beliau ini spesialis alergi, satu orang perawat dan 3 orang dokter muda yang lagi belajar. Saya jadi objek belajar kasus alergi untuk dokter-dokter muda itu .

Obat bius yang akan di tes ke saya adalah lidocain. 
Tahap pertama, yang disuntikin 0.001 mg lidocain (diencerkan dg Nacl). Nunggu 15 menit. Tahap pertama ini aman, gak ada reaksi apa-apa. 
Lanjut tahap kedua, disuntikin 0.1 mg lidoccain campuran. Masih aman. 
Berikut tahap ketiga, disuntikin 0.01 mg lidocain murni, tanpa campuran, masih aman, alhamdulillah.
Tahap keempat, dosisnya dinaikin lagi, 0.1 mg lidocain, masih aman juga. Next

Tahap kelima, disuntikin 0,5 mg lidocain, awalnya aman, tapi lima menit kemudian saya mulai merasa gak enak. Seperti biasa, diawali dg bagian dalam perut saya terasa dingin, lalu dinginnya keluar tubuh, naik ke kepala, dan tuuuuiiing....! Saya langsung melayang, jantung berdebar, dan napas saya sesak. Dokter dan perawat buru-buru mendatangi saya. Mereka sibuk, ngasih oksigen, cek oksigen di ujung jari, saya gak tau namanya apa, tapi menurut dokter alat kecil yang ditempel di ujung jari itu menghitung jumlah oksigen yang masuk ke syaraf, cek tensi, cek denyut jantung, dokter juga berusaha menangkan saya yang udah mulai panik.  Yahanda juga berusaha membantu menenangkan. Selama ini saya berani minum obat kalo ada yahanda aja. Kalo yahanda gak ada, saya gak akan minum obatnya. Saya tunggu dia pulang dulu, baru saya minum obat 


Alhamdulillah, perlahan kondisi saya membaik, napas mulai normal, dokter memberikan cetirizine untuk mengatasi reaksinya. Dan cetirizine inipun cuma minum seperempat tablet dulu. Lima belas menit kemudian, minum seperempat lagi. Tindakan jaga-jaga andaikan nanti cetirizine bereaksi negatif lagi di tubuh. Alhamdulillah perlahan mulai stabil. Tubuh saya gemeteran, telapak kaki dan telapak tangan dingin. Saya denger dokter Kurniyanto menelpon seorang dokter dan dari percakapannya saya denger dokter itu akan ke ruangan. Tidak lama, dokternya datang. Namanya dokter Iris Rengganis. Beliau masuk dan saat mendengar penjelasan dari dokter Agus dan dokter Kurniyanto, beliau langsung paham dan dokter Iris memberi solusi menggunakan akupunktur jika nanti ketemu jalan buntu. Jika tidak ada obat bius atau obat anti nyeri yang bisa di pake maka saya akan dibantu oleh dokter akupunktur. Alhamdulillah, masih ada jalan lain....

Untuk melakukan tes dengan obat bius lain, saya harus nunggu satu minggu. Karena tubuh saya harus bersih dulu dari obat anti alergi yang saya minum (cetirizine tadi). Hah, ini artinya perjalanan gigi saya masih panjang. Saya nggak mungkin di sini selama seminggu. Yahanda mesti kerja dan saya kangen anak-anak 
Setelah konsultasi dengan dokter, mengingat kondisi kita di sini, suami kerja, anak-anak ditinggal, diambil keputusan kami akan bolak balik ke RSCM minimal sebulan sekali untuk melakukan tes berikut.

Begitulah, besok saya mau konsul dulu ke dokter akupunktur. Jadi dalam kasus gigi ini, saya melibatkan tiga bagian di RSCM untuk melakukan rawat bersama atas diri saya. Ada poli gigi (dokter bedah mulut), dokter di departemen alergi dan dokter akupuntur 


Mohon do'anya ya teman-teman, semoga saya ketemu obat yang pas dan gigi saya bisa di cabut tanpa halangan. Aamiin ya rabbal 'alamiin. Silahkan di share, mungkin ada kenalan, saudara atau keluarga yang mengalami hal yang sama dengan saya. Kasus seperti ini sangat jarang terjadi, dan tidak banyak rumah sakit yang menyediakan fasilitas tesnya. Tesnya sendiri termasuk dalam tes alergi, tapi bukan alergi biasa. Kalo alergi biasa, lazimnya, jika seseorang tidak cocok dg makanan atau obat tertentu, efek ke tubuhnya timbul bengkak, bentol merah, atau sesak napas hingga bunyi grok grok (mengi). Pada kasus saya, lebih kepada efek samping obat yang berlebihan. Jadi buat yang belum tau dan butuh info ini bisa konsultasi ke departemen alergi di RSCM. Semoga postingan ini bermanfaat buat teman-teman.

Senin, 29 Agustus 2016

Jelang Tes Provokasi Obat

Malam ini rasanya nano-nano. Segala rasa tumpah ruah di dada tapi gak bisa meluapkan ini dalam tangis. Malam ini rasanya, entahlah.. Ada rasa takut, khawatir, segla rupa perasaan buruk yang rasanya enggan untuk diucapkan satu persatu.

Sehubungan dengan tindak lanjut untuk rencana cabut gigi, karena saya sensitif dengan banyak obat, tubuh saya tidak bisa menerima obat dengan dosis seharusnya. Paracetamol 500 mg aja saya cuma bisa minum seperempat tablet sekali minum, lebih dari itu saya bisa melayang, gemeteran, dada sesak, tubuh kebas. Jadi kalo mau nyabut gigi ini, saya mesti menjalani tes provokasi obat dulu. Obat bius yang mau dipake dalam proses cabut gigi mesti di tes dulu ke tubuh, mulai dari dosis terendah hingga batas yang dibutuhkan, kira-kira begitu deh tadi penjelasan dari dokternya saat saya konsul ke lab imunologi di RSCM.

Dalam tes itu nanti, akan terjadi berbagai jenis reaksi. Untuk kasus saya mungkin yaaa saya mesti menanggung rasa melayang dan lain-lain tadi.  Masih menurut dokter, resiko terburuk adalah fatal. Duh, perut saya langsung ngilu mendengar kata resiko fatal itu.

Ya Allah.. Saya berusaha menguatkan diri untuk mendengar penjelasan lebih lanjut dari dokter. Konsentrasi saya serta-merta terbagi, sambil dengerin dokter ngomong, hati saya mengucapkan dzikir dan do'a, sebagian lagi langsung inget anak-anak yang lagi ditinggal di Pekanbaru. Saya masih mau ketemu anak-anak. Jujur aja saya tidak siap dengan resiko buruk. Saya mau semuanya baik-baik saja, saya ingin semuanya berjalan lancar, saya ingin balik ke Pekanbaru dalam keadaan sehat. Banyak sekali mau saya ya Allah dan semua mau itu berujung pada satu saja, saya masih mau hidup dan membesarkan anak-anak 

Sekuat apapun saya berusaha menguatkan hati dan diri, malam ini, saya tidak bisa untuk tidak memikirkan apa yang akan saya hadapi besok. Segala kemungkinan berkelebat begitu saja di kepala. Ya Allah, bantu saya. Bantu saya melewati semua ini. Beri saya kekuatan. Beri saya kesembuhan. Beri saya kesempatan, untuk menjaga dan membesarkan anak-anak dg tubuh sehat, kuat, tidak kurang suatu apapun. Ampuni jika permintaan ini berlebihan. Saya hanya manusia biasa yang mempunyai rasa takut.

Kamis, 11 Agustus 2016

Semuanya Membaik

Iyah, alhamdulillah, semuanya mulai membaik. Setelah riweuh di RS selama kurleb 3 hari, dari kamis siang sampe minggu sore, finally dedek udah boleh pulang, karena udah gak mencret, udah mulai bisa makan, jadi udah bisa lepas infus. Tapi dedek masih lemeeees banget. Duh kasiaan... 😂
Di rumah, manjaaaa ampun-ampunan, bundanya gak boleh jauh-jauh, maunya pelukan aja. Sebentar tidur sebentar bangun. Usahaaa banget ngasih makan dikit-dikit. Perutnya masih gendut, masih kembung, trus sesekali masih mules. Tapi dari senin dedek gak pup sama sekali, baru rabu malem pup banyaaak, masih agak encer tapi udah mulai banyak ampasnya dan ada yang udah berbentuk juga, seneeeng liat bentuk pupnya, berarti ada kemajuan di perut 😊 #liat pup aja seneng 😝, begitulah emak-emak#

Truuss, sekarang malah ditambah batpil. Duh, kenapa coba ya dek, bertubi-tubi gini? Kayanya dedek Shaqeela nih kalo kondisi lagi drop, gampang kena apa-apa, jadinya penyakit meleber kemana-mana. Saya bener-bener mesti ekstra ngurusin dia, mana moodnya jelek banget, serba salah, mungkin karena badannya gak enak, perut masih melilit, laper tapi susah makan, oh iya ada sariawan juga satu di bibir kiri bawah, lumayan gede, jadi mau makan susaaah. Mana capek juga karena batuk terus, kompliiiiit deh 😢. Sabar ya dek, semoga semua ini cepat berlalu. Semoga setelah ini sehat terus, amiin ya rabbal 'alamiin.

Dedek emang bakat alerginya lebih besar dibanding Najla. Kepicu dikit langsung jadi. Tapi ya gimana, namanya anak-anak, kadang susah banget untuk ngasih pengertian bahwa dia punya beberapa pantangan makanan atau kegiatan. Kalo dia lagi pengen sesuatu, gak dikasih, ngamuk-ngamuk. Udah gitu dia bukan tipe gampang lupa. Setelah selesai ngamuk, inget lagi yang tadi diminta tapi gak dapet, ngulang lagi ngamuknya, begitu terus sampe dapet. Akhirnyaaa dengan terpaksa, dikasih juga deh. Jadi serba salah. Gak dikasih salah, dikasih salah. Kadang kalo udah terpaksa ngasih, saya cuma bisa lillahi ta'ala  aja, bismillah semoga dia baik-baik aja.

So far, menjaga balita emang gampang-gampang susah buat saya. Najla dulu waktu masih balita bolak-balik sakit. Mencretlah, demam tinggilah. Padahal rasanya saya udah melakukan dan memberikan yang terbaik buat dia. Malah temen saya bilang, mungkin karena terlalu dijaga makanya klo kena apa-apa gampang sakit? Jadinya gak imun? Nah loh, saya bingung 😂. Karena emang ada beberapa anak yang yaah dibiarin aja gitu ngapa-ngapain, tapi jarang sakit. Paling cuma batpil, ingus kemana-mana. Ahh, entahlah, saya gak bisa menyamakan anak saya dengan anak orang lain. Dari yang pernah saya baca-baca, tiap anak itu unik, tiap anak itu beda, jadi gak akan pernah sama persis, dan yaah, anggaplah ngurus anak sakit itu merupakan ujian buat saya, ujian buat seorang ibu agar bisa tabah, kuat dan survive. Karena perjalanan anak masih panjang, jadi masih akan ada hal-hal baru lagi berkenaan dengan urusan anak ini yang akan menjadi tanggungjawab saya, yang tidak akan mudah dijalani, yang gak akan mulus-mulus aja jalannya. Ya kaan, ya kaaaan? #nyenengin diri sendiri# 😁

Semoga cepet sembuh ya dek, biar bisa sekolah lagi, bisa main lagi, bisa nge-mall lagi kitaaaah, aamiin 😇

seneng banget saat tau boleh pulang, dia juga boseen bobo dikasur diiket infus 😄


Horeee, lepas infus!

Jumat, 05 Agustus 2016

Be Strong!

Huh hah! 

Ngantuuuk bangeeet, semalaman begadang ngurus dedek Shaqeela yang lagi di opname. Muntah mencret. Tadi perawatnya ngasih tau kalo ternyata dari hasil cek feses, dedek positif disentri. OMG! Katanya juga lagi musim, karena ada beberapa anak dari satu sekolah terserang disentri dan dirawat di sini juga.

Kemaren pagi, bangun tidur, pas dimandiin, dedek ngecret dikit, kirain sakit perut biasa aja. Karena gak banyak juga cuma setetes gitu. Trus jam 10-an gurunya telpon, bilang kalo dedek mencret dan badannya agak panas trus dia gak mau makan. Buru-buru saya jemput dedek ke sekolahan. Nyampe sekolah saya liat dedek udah lemes aja sambil nguap-nguap.  Di jalan menuju rumah, dedek mual, pengen muntah, tapi gak keluar.

Begitu sampe rumah dedek muntah banyak. Kayanya dia pusing, karena abis muntah langsung tidur. Dipanggil-panggil maleeees banget buka mata. Trus dedek mulai mencret sedikit-sedikit. Sampe jam 14.00 wib, ada 5 kali. Muntah juga 5 kali. Sama sekali gak mau makan. Minum air putih langsung muntah. Minum paracetamol untuk turunin demamnya juga muntah. Udah deh, saya langsung siapin barang aja bawa ke RS, dengan kondisi dia muntah terus, gak bisa minum obat, gak bisa minum air putih, gak makan, dia lemeees banget, udah gak ada tenaganya. Pasti ujung-ujungnya di opname. Jadi saya siapin aja semua baju-baju dan kebutuhan lain. Dan bener, setelah dokter periksa di saranin opname aja. Karena dikasih obat makan gak bisa, dan dedek udah lemes banget, dehidrasi. Demamnya 39.2  derajat.

Waktu masukin jarum infus dia sama sekali gak nangis, cuma njengit dikit aja, trus waktu disuntik ambil darah juga gak nangis, keliataaan banget udah gak ada tenaga untuk nangis. Saya tanya, "sakit dek?", dia cuma ngangguk, matanya merem. Saya bilang "kalo sakit nangis aja, gak papa", keliatan muka mau nangis tapi air mata gak keluar. Ya Allah... Kasian banget liatnya. Mau nangis aja udah gak bisa saking lemesnya. 

Setelah dipasang infus, dimasukin obat demam lewat dubur, dedek masih tidur aja. Sampe ke kamar, tidurnya masih dilanjutin. Kebangun karena mencret. Begitu terus sampe pukul 21.00 wib. Andung sama Uni najla pulang kerumah, tinggal kit berdua di sini. Dedek mulai ngalong. Mulai bisa makan walaupun cuma pisang trus muntah lagi. Pukul 02.00 dini hari, stock diapernya habis. Saya sengaja pakein diaper biar kalo mencret gak ngotorin kemana-mana, bisa langsung bilas. Panik deh, tengah malem buta, mau cari diaper kemana? Tanya ke suster, mereka gak punya stock diaper.

Salah satu perawat nyaranin pergi beli diaper ke minimarket 24 jam yg ada di sebelah RS. Haduh, butuh waku 5 menitan untuk bujukin dedek agar mau ditinggal sama suster dulu. Saya pergi beli diaper. Saya tinggalin aja dia nangis. Sampe bawah, pas jalan ke parkiran, saya pusing. Haddeh, cobaan apalagi coba. Diparkiran sepiiii banget. Kebetulan 10 menitan sebelum dedek mencret tadi saya abis minum paracetamol, badan saya juga lagi gak enak. Demam, kaki pegel-pegel, mulut panas, mata perih. Mugkin obatnya baru bereaksi,  keluar keringet besar-besar, trus pusing. Saya berenti di kotak parkiran. Untungnya ada anak yang jaga parkir di sana. Dengan tanpa malu-malu lagi, saya minta tolong sama dia untuk beliin diaper ke sebelah. Soalnya jalan ke minimarketnya lumayan jauh. Saya udah gak sanggup jalan dengan kondisi seperti itu. Saya duduk di pinggir trotoar nungguin diapernya dibeliin. Alhamdulillah, diapernya ada. Saya jalan pelan-pelan masuk ke RS. Pusing bow, keliyengan. Antara pengaruh obat sama begadang.

Sampe pukul 5 pagi total dedek mencret 16 kali. Fiuuuh.. Dedek juga gak bisa tidur karena sebentar-sebentar sakit perut trus pup. Bolak balik kasur-kamar mandi. Perjuangan kita ya dek. Alhamdulillah pukul 04.00 -05.00 dedek bobok nyenyak. Tapi abis itu gak bobok lagi, karena pup terus. Pagi ini dedek udah mencret 4 kali. Hiks.

Sampe jam sekarang, saya belum dapet tidur, kepala udah sakit. Udah keliyengan. Alhamdulillah Andung udah datang pukul 07.00 wib tadi, jadi bisa digantiin andung ngurus bersihin pup dedek. Saya udah oyooooong. I really need some sleep. Cuma susah banget untuk bisa tidur sekarang. Udah pagi, perawat juga bolak balik nge-cek. Harapannya bener-bener cuma satu sekarang, bisa tidur nyenyak barang sejam dua jam :D

 

TRAVEL AROUND AND STAY FOR A WHILE Template by Ipietoon Cute Blog Design