Udah hampir sebulan asap putih melingkupi kota Pekanbaru. Nggak aneh sih, tiap tahun kejadian yang sama berulang, asap hasil pembakaran lahan ribuan hektar ngumpul di sini. Juni 2013 kemaren asapnya nyampe ke Singapura dan Malaysia. Sekarang asap ini mengarah ke Medan dan Padang. Banyak yang dirugikan karena asap ini. Sekolah diliburkan. Hingga minggu kedua Pemda belum ngeluarin perintah libur untuk sekolah, tapi pihak sekolah sudah meliburkan kelas-kelas kecil, SD kelas satu sampai kelas tiga. Sementara kelas empat hingga enam tetap masuk. Mungkin pertimbangannya karena anak kelas kecil ini lebih rentan dibanding anak kelas besar. Minggu ketiga asap bukannya berkurang malah makin parah, jalanan mulai tertutup kabut asap, jarak pandang berkurang, langit makin gelap. Sinar matahari nggak mampu menembus tebalnya asap. Akhirnya Pemda ngeluarin perintah libur untuk semua sekolah mulai dari SD hingga SMU. Bunda nggak tahu sekolah lain masih libur apa enggak sekarang, yang pasti hingga hari ini Najla masih libur.
Kebayang betapa banyak sekali dampak negatif dari asap ini. Penerbangan di stop. Sekolah diliburkan sekian lama, otomatis kegiatan belajar terganggu. Saat masuk nanti mereka harus mengejar pelajaran yang tertinggal selama sebulan ini. Iya kalo cuma sebulan, lha ini asapnya masih tebel aja, entah kapan sekolah bisa mulai. Belum lagi penyakit mulai berjangkit. ISPA mulai menggerogoti orang-orang, terutama yang daya tahan tubuh lemah seperti orangtua dan anak-anak.Memang sih udah disarankan untuk pake masker jika keluar rumah, tapi anak-anak mana betah pake masker? Di depan kita iya dia pake maskernya. Ntar kalo udah di luar, maskernya dibuka. Katanya nggak enak, nggak nyaman. Duh....!
Entah bagaimana caranya hingga pemimpin negeri ini sadar. Asap dikarenakan pembakaran lahan sawit yang kebanyakan dimiliki oleh perusahaan asing. Lahan kita, tanah kita. Sementara duit hasil sawit dibawa ke negara mereka, asapnya masuk paru-paru kita. Cuma karena ngarepin duit ini itu untuk oknum tertentu, semua hasil bumi yang harusnya dinikmati anak negeri malah raib begitu saja, di depan mata! Yang kita dapet secara merata hingga dibagi-bagi ke daerah lain itu cuma asap! Ough!
Cuma bisa berdoa. Semoga angin segera membawa asap ini pergi.
0 komentar:
Posting Komentar