Rabu, 20 Agustus 2014

Anak Pasar

Huffftt....

Tangan pegel banget abis bawa belanjaan satu keranjang penuh plus dua kantong plastik hitam. Mana parkiran lumayan jauh keluar pasar. Ngos-ngosan ngangkutin ini semua, jari-jari terasa sakit menahan beban seberat ini. Tiba-tiba Bunda inget anak-anak yang suka bantuin ngangkat belanjaan di pasar-pasar tradisional Palembang. Hampir di semua pasar yang ada di kota itu, anak-anak penjual jasa angkut ini berkeliaran hingga sudut-sudut pasar. Menawarkan jasa mereka pada ibu-ibu yang sedang belanja.

Dulu, Bunda selalu menggunakan jasa anak-anak ini.  Mereka tidak pernah menetapkan tarifnya berapa. Jika kita tanya mereka hanya bilang "basing, Bu. Seribu duo ribu jadi." Artinya terserah ibu aja. Seribu dua ribu juga nggak apa-apa.

Duh, membawa belanjaan seberat ini dan mereka ikhlas menerima seribu dua ribu dari pengguna jasanya. Tapi ya Bunda nggak tegalah ngasih mereka segitu aja. Bunda berusaha memberi bayaran yang cukup atas jasa mereka membawa belanjaan hingga keluar pasar. Alangkah senangnya melihat binar bahagia wajah kecil itu saat menerima uang yang Bunda kasih.

Ya Allah, sebegitu berartinya uang yang mereka terima yang kadang mungkin untuk sebagian orang jumlah itu tidak ada aritinya. Bunda nggak pernah tahu mereka sekolah atau tidak, karena pagi-pagi seperti itu mereka sudah berkeliaran di pasar untuk menawarkan jasa. Bunda juga nggak pernah nanya sih, takut sedih aja jika nanti mendapatkan jawaban "idak sekolah, Bu." Rasanya akan menjadi beban tersendiri jika mengetahui mereka tidak lagi sekolah.

Dan di sini, di satu sisi Bunda seneng karena nggak ada anak-anak penjual jasa angkut belanjaan berkeliling, bukankah ini artinya tingkat perekonomian di sini lebih baik sehingga anak-anaknya tidak perlu menawarkan tenaganya untuk menjadi kuli angkut belanjaan di pasar?

Sedihnya, Bunda kerepotan bawa belanjaan segambreng. Dan jujur, Bunda merindukan mereka, haha.

Jumat, 15 Agustus 2014

Waaahhh... Sama!!

Pernah bertemu dengan orang yang bajunya sama dengan kita? Saat kita juga memakai baju yang sama? Bunda pernah dan kejadiannya beberapa hari yang lalu, hehe...
Selasa kemaren, Bunda dapet undangan open house dari keluarga BigBoss kantor Yahanda. Pagi-pagi semua kerjaan rumah Bunda beresin, setelah semua kelar langsung siap-siap, mandi, pake baju yang rapi dan dandan secantik mungkin, sihhiiiyyy!

Sampai di tekape udah ada yang dateng, Bunda salaman n cipika-cipiki dengan ibu-ibu di sana. Tiba-tiba Bu Bigboss nyeletuk, "roknya Bu Ismed sama dengan Bu Saa'adi." Bunda pikir model roknya aja yang sama, secara waktu Bunda beli dress itu, di toko memang ada rok terpisah (bukan dress seperti yang Bunda pakai) modelnya sama persis dengan bawahan dress Bunda. Bunda jawab sambil ketawa "oya, Bu? Sehati donk kita." 

Jelang setengah jam, Bu Sa'adi datang, dan terjadilah kehebohan itu. Ow em ji! Beliau pake baju yang sammmmaaa persis dengan yang Bunda pake. Wah, ini sih bukan roknya yang sama, tapi dari atas sampe bawah. Baik bahan, model, motif hingga warna sama persis! Dan pastinya ini adalah produksi yang sama hahaha... Asli Bunda rasanya pengen ketawa ngakak tapi malu sama ibu-ibu ntar ketahuan nyablaknya. Bunda nggak tahu apa yang dirasakan si ibu waktu ngeliat Bunda pake baju yang sama persis dengan bajunya. Bunda sih nyantai aja ya, secara ini baju produksi massal, bukan limited edition, jadi rasanya nggak aneh kalo sama. Cuma ya nggak pernah menyangka kalo akan ketemu samaan di satu acara dan satu tempat gini, hehe. 

Cerita punya cerita, terkuaklah sebuah fakta mengejutkan perihal dress cantik yang kami kenakan.
Jadi, si ibu bilang "kok bisa samaan ya, persis lagi. Padahal saya beli di tanah abang nih kemaren." Bunda kaget, tanah abang? Ahh... Tapi kemudian Bunda berprasangka baik aja. Mungkin di sana ada store-nya. Trus si ibu tanya, "Bu Ismed beli disini?" Bunda jawab iya. Trus ada ibu-ibu yang tanya, Bunda lupa siapa. "Bu Sa'adi beli berapa bajunya di sana?" si ibu jawab, "seratus lima puluh ribu." What??? Bunda tambah kaget lagi. Beda sekali dengan harga di label baju Bunda kemaren. Trus ibu-ibu itu tanya lagi, "kalo Bu Ismed beli berapa di sini? Trus beli dimana?" Bunda jawablah Bunda beli di store B-C*ub,  seharga 224.000, harga awal 279. 000 waktu Bunda beli lagi diskon 20% jadilah Bunda bayar seharga 224.000 itu. Bunda tanya, "ibu beli di B-C*ub juga? Kok bisa lebih murah ya?" karena Bunda pikir kalo itu store yang sama pasti harganya standard kan ya? Si ibu bilang beliau nggak beli di B-C*ub. Ibu-ibu lain yang denger obrolan kita jadi penasaran, "coba diliat merknya. Sama apa beda?"

Dan ternyataaa.... Setelah diintip, baju Bu Sa'adi ber-merk Vivaldi, labelnya dijahit menjuntai ke bawah, jadi yang kejahit cuma satu sisi aja. Baju Bunda, labelnya B-C*lub, dijahit kedua sisinya dengan posisi melintang dari kiri ke kanan. 

Dari fakta yang terungkap bisa ditarik kesimpulan awal ahwa B-C*ub yang notabene merk dagang terdaftar, membajak barang orang lain. Mereka beli produk vivaldi  membongkar label vivaldi dan mengganti dengan label B-C*ub lalu menjual dengan harga di atas harga jual vivaldi. Cerdik (curang) sekali.

Asli Bunda sebagai customer B-C*ub merasa tertipu. Kita sebagai customer pasti punya semacam perasaan nyaman dan percaya dengan merk itu. Lalu rela mengeluarkan uang seharga baju yang di beli karena kepercayaan tadi. Seperti kemaren saat Bunda tahu ternyata barang yang Bunda beli bukan produksi mereka, dan dijual dengan harga yang lebih mahal pula pastilah rasa kecewa ini jadi berlipat-lipat. Dari segala sisi, setelah diteliti ditelisik diterawang, baju Bunda nggak ada bedanya dengan baju Bu Sa'adi. Sama persis. Dan bisa dipastikan ini produksi konveksi yang sama. 

Apakah B-C*ub sengaja curang, membuka label vivaldi lalu memasang label sendiri dan menjual bajunya dengan standar harga mereka yang diatas harga pakaian yang merk-nya tidak terdaftar?
Atau si konveksi rekanan B-C*ub yang tanpa sepengetahuan B-C*ub memproduksi ulang baju yang dijualnya ke B-C*ub lalu menjualnya sendiri demi keuntungan lebih? Entahlah....

Hanya saja, terus terang hal ini membuat kepercayaan pada merk-merk dagang terdaftar menjadi berkurang, muncul kecurigaan bahwa pakaian yang dipajang di store merk dagang terdaftar bukanlah  produksi mereka.

Oya, buat yang pernah ketemu baju samaan, nggak perlu malu sepanjang baju yang kamu beli itu adalah produksi massal, bukan limited editon, pastinya model itu diproduksi besar-besaran lalu disebar ke penjuru Indonesia. Jadi sebenernya nggak aneh kalo tiba-tiba kamu ketemu orang memakai baju itu kamu juga memakai baju yang sama. Hanya saja, ya... seperti Bunda bilang tadi, kita nggak pernah tahu baju yang kita beli itu dibeli siapa, dimana, dan dipakainya kapan. So... Baju samaan? Cuek aja... Hahaha.... 

see? sama persis kan? hahaha....
 
 

TRAVEL AROUND AND STAY FOR A WHILE Template by Ipietoon Cute Blog Design